KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

Search

KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

::.Headline Bottom.::

Tampilkan postingan dengan label Rublik Bobotoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rublik Bobotoh. Tampilkan semua postingan

Si Cantik Menganal PERSIB Karena Zaenal Arif

Selain nama besar yang disandang Persib, pemain-pemain yang sempat merumput bersama Maung Bandung pun mampu menyedot perhatian bobotoh. Salah satunya bobotoh girl asal Parongpong, Dini Setiani.

"Dulu waktu masih SMA saya mulai tahu Persib, karena saat itu masih ada Zaenal Arif," aku Dini kepada INILAH, baru-baru ini.

Bagi Dini, selain memiliki fisik yang cukup menawan, permainan Abo (sapaan Zaenal Arif) pun tak kalah menawan. Penampilan Abo, saat membela tim Maung Bandung menjadi salah satu hal yang sering ditunggu. Meski tak sempat untuk menyaksikan langsung di stadion, melihat kiprah idolanya di layar televisi pun tak kalah menarik dan seru.

"Kalau sekarang jadi jarang nonton Persib karena kesibukan kerja. Kecuali kalau hari libur, pasti nyempetin nonton," ujar salah satu staf di Vila Istana Bunga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Meski sekarang Abo sudah berkostum Persepam MU, namun kecintaan anak pertama dari 3 bersaudara ini terhadap tim Pangeran Biru masih tetap melekat. Dengan komposisi pemain yang lebih baik dan berkualitas, bobotoh girl kelahiran 27 Juli 1993 ini pun berharap Persib menjadi yang terbaik di Indonesia.

"Sekarang cuma bisa berharap Persib terus menang dan menjuarai ISL. Tak ada Zaenal Arif pun tak apa, karena pemain lain pun saya yakin punya kualitas untuk membawa Persib juara," tegasnya.

Pocong Persib Pernah Alami Kejadian Mistis


Berdandan menjadi pocong saat laga Persib ternyata memiliki risiko tersendiri yang berhubungan dengan hal-hal mistis. Hendi mengaku pernah dua kali diganggu makhluk halus.

Kejadian mistis pertama kali dialaminya ketika tengah menonton Persib di Stadion si Jalak Harupat, tiba-tiba saja Hendi merasa limbung dan gelisah.

�Saya waktu itu habis dari toilet dan bertemu bapak-bapak yang bertanya apa kamu tidak takut hantu asli? Saya pun jawab tentu tidak Pak, soalnya mereka teman saya. Beberapa menit kemudian di tribun saya langsung pusing, tidak enak badan dan gelisah, akhirnya saya kembali ke toilet dan meminta maaf pada penghuni sana, seketika saya segar kembali,� tutur Hendi yang menghabiskan sekitar Rp60.000 setiap kali berdandan pocong.

Kejadian mistis kedua dialami Hendi saat hendak pulang dari Stadion si Jalak Harupat. Di tengah jalan dia menabrak seekor burung hantu bertubuh besar. Tak lama, muncul sosok wanita berambut panjang dan bergaun putih di pinggir jalan.

�Saya tidak kapok meski harus bertemu hantu asli, soalnya niat saya bukan mengganggu mereka, hanya untuk mendukung Persib,� tegas Hendi yang mengidolakan legenda Persib Robby Darwis itu.

Hendi juga pernah kehilangan anak pertama. Meninggalnya sang anak ,dipercaya kerabat Hendi tidak hanya sekadar sakit, tapi karena kebiasaan Hendi berdandan pocong.

Namun, Hendi tidak percaya takhayul dan akhirnya kembali mendapat restu keluarga untuk mendukung Persib dengan caranya sendiri.

�Saya tidak percaya, kini istri saya mengandung anak kedua. Saya yakin tidak akan terjadi apa-apa, karena saya selalu mendoakan keselamatannya. Lagi pula saya hanya berniat mendukung tim kesayangan bukan untuk tujuan lain yang aneh-aneh,� tutur Hendi yang mengecat dan menghias toko kelontongnya dengan berbagai atribut Persib.

Anda yang penasaran ingin bertemu pocong yang satu ini, sebaiknya duduk di tribun Barat Stadion si Jalak Harupat. Di sanalah Pocong Hendi bergentayangan sambil mendukung Persib dengan penuh harapan.

�Selama Persib belum juara, saya akan tetap berdandan seperti ini. Jika Persib sudah juara barulah mungkin saya ganti dandanan,� pungkas Hendi

Asep Abdul: Bomber-Viking Sama Saja


Asep Abdul: Bomber-Viking Sama Saja
Bandung - Bermula dari kebiasaan orangtua mengajak Asep Abdul menonton pertandingan Persib, membuat rasa cinta itu terus mendarah daging di hatinya, hingga dia dipercaya menjadi Ketua Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber).

Tubuh tinggi, besar, dan berkesan garang terlihat pada sosok Asep. Namun, itu hanya kesan pertama. Saat melakukan perbincangan, pribadi santun mengalir darinya.

�Saya suka Persib karena memang orangtua yang selalu mengajak saya menonton di stadion. Sejak usia saya 5 tahun sudah sering ajak jadi saja sampai sekarang Persib sudah mendarah daging. Saya sering bolos dari SD demi menonton Persib,� ungkap Asep kepada INILAH.COM saat ditemui di Jalan Kopo, Kota Bandung, Senin (2/1/2012).

Berawal dari keterlibatannya bersama salah satu perkumpulan bobotoh terbesar Viking Fans Club (VFC) Persib pada 1993, Asep terpikir membuat komunitas sendiri bernama Persib Stone Lover (PSL). Komunitas tersebut dibentuk bersama teman-temannya, hingga akhirnya berubah nama menjadi Bomber.

�Dulu Bomber memang tidak sebesar sekarang, hanya sebuah komunitas. Tapi sekarang Bomber sudah memiliki legalitas hukum dan sudah izin dari beberapa dinas. Registrasi dari logo dan semuanya sudah beres. Bomber sendiri merupakan bobotoh yang ingin menyatukan visi dan misi mendukung Persib,� jelasnya.

Memilih memangku jabatan sebagai Ketua Bomber dan meninggalkan Viking, bagi Asep bukanlah hal yang berarti. Kedua fans klub ini memiliki tujuan sama yakni mendukung Pangeran Biru untuk tetap terjaga di kancah dunia sepak bola Indonesia.

�Viking dan Bomber sama saja. Saya hanya masih merasa punya tanggung jawab saja di sini, makanya lebih konsen ke Bomber. Tapi kita juga tetap melakukan komunikasi dengan baik bersama Viking. Kita juga belajar banyak dari Viking karena Viking juga merupakan bagian dari Bomber yang sudah terkoordinir dengan baik. Kita hanya beda tribun saja kalau nonton,� lanjutnya.

Menjabat sebagai ketua saat 2001 dan 2006 hingga kini, tidak membuat Asep menjadi besar kepala. Bomber kini telah berusia 10 tahun, dan terus merambah kawasan Jabar bahkan hingga ke Kalimantan. Asep bangga kini anggota Bomber sudah mencapai 38.000 di seluruh wilayah.

Untuk bergabung bersama Bomber sendiri dikenakan biaya sebesar Rp50.000 sudah termasuk baju, kartu anggota, serta diskon bila berbelanja di distro resmi Bomber. �Kita punya distro dikelola oleh beberapa anggota Bomber. Hasilnya yang didapatkan juga untuk kegiatan Bomber,� pungkasnya

Bomber: Persib Bandung Tetap Butuh Regenerasi Kiper



Persib Bandung Tetap Butuh Regenerasi Kiper


Menurut ketua Umum Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber) Pusat Asep Abdul mengungkapkan, meski Markus mempunyai jam terbang sangat bagus, tetapi masih tetap tidak layak di Persib.
Karena itu, Persib membutuhkan sosok kiper muda baru untuk mengarungi Indonesia Super League (ISL) musim depan.
"Persib tetap butuh sosok kiper genarasi baru. Kalau bisa, manajemen memilih kiper yang lebih muda," ungkap abdul kepada salah satu situs online terkemuka (inilahjabar)

Abdul menilai Markus terkadang bermain sangat bagus, tapi tidak jarang bermain jelek, padahal pengalaman cukup sudah banyak
"Markus itu terkadang main bagus, kadang-kadang juga maen jelek. Kalau diibaratkan angin-anginan," jelas

Pertajam Daya Gedor, Timnas Diminta Mainkan Boaz



Bobotoh Persib Bandung berharap Timnas Indonesia mampu menghadang Iran dalam leg kedua Pra Piala Dunia 2014 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan Jakarta pada 15 November mendatang.

Ketua Umum Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber) Pusat Asep Abdul berharap dengan dukungan suporter Indonesia, mental para pemain timnas bisa bagus serta bisa menang melawan Iran.

"Bisa menahan serangan dari pemain Iran juga sebenarnya kita sudah menang. Karena Iran merupakan tim yang sudah berpengalaman. Rangkingnya saja jauh di atas tim kita," ujar Abdul saat dihubungi INILAH.COM, Sabtu (3/9/2011).Dalam penyisihan Piala Dunia zona Asia, Indonesia akan menjamu tim Bahrein pada Selasa (6/9/2011). Abdul pun berharap timnas bisa memenangkan pertandingan menjamu Bahrain."Timnas baru melawan tim besar sekelas Iran. Dengan itu, saya berharap tim kita mampu meniru pola permainan Iran dan mudah-mudahan saat melawan Bahrain bisa menang," jelas dia.Untuk menambah daya gedor imnas, Abdul berharap agar pemain asal Persipura Boaz Salossa bisa kembali dimainkan timnas. Bukan hanya melawan Bahrain, tapi dalam pertandingan-pertandingan berikutnya."Sangat disayangkan kemarin pas lawan Iran, Boaz tidak ada. Kalau misalnya ada, daya gedor penyerangan timnas bisa bagus," jelas dia.[den]


Sumber : INILAH.COM

Cara Ideal Rekrut Tim Maung Bandung


Oleh: Beni Hidayat
Persib Bandung ibenk111Sudah hampir sebulan lebih Kompetisi  Liga Super Indonesia berakhir, dimana Persipura menjadi Juara tahun 2010-2011. Dan sudah hampir 16 tahun (mohon koreksi jika salah) juga Persib tidak merasakan Juara. Patut disayangkan Tim sebesar Persib tidak dapat meraih gelar Juara selama itu, padahal dahulu Persib Bandung adalah Tim yang disegani dan ditakuti oleh tim-tim yang ada di tingkat Nasional, bahkan pada tahun 1995-1996 pernah disegani oleh tim-tim di asia yang mengikuti Liga Champion Asia, hal ini terjadi karena Persib Bandung dapat lolos hingga babak Perempatfinal dengan bermaterikan Pemain-pemain Lokal dan tidak ada satupun pemain asing. Yang lebih mengagumkan lagi adalah terpilihnya Pelatih Persib menjadi salah satu kandidat Pelatih Terbaik Asia.
Dari sedikit ringkasan di atas, saya ingin memberikan masukan untuk kemajuan Persib  di masa yang akan datang. Mencontoh tim-tim besar di Eropa, seperti AC Milan, Real Madrid, Manchester United dll. Untuk membentuk suatu tim yang solid dibutuhkan kejelian dari Staf Pelatih, baik Pelatih Kepala sampai ke Asisten Pelatih untuk memilih Pemain, baik yang akan dibeli dari luar binaan klub sendiri atau menarik dari tim Juniornya. Akan tetapi Staf Pelatih saat ini tidak mempunyai banyak waktu untuk memilih pemain yang menjadi incarannya, karena antara waktu Penunjukan menjadi Pelatih dari Manajemen Klub yang terlalu mepet dengan akan digelarnya Kompetisi, maka jalan pintas yang dipilih, yaitu membeli pemain-pemain yang sudah top di kancah nasional dengan bandrol tinggi padahal belum tentu pemain tersebut cocok dengan gaya bermain Persib. Salah satu hal inilah yang menjadi faktor ketidakberhasilan Persib menjadi Juara.
Untuk mengatasi masalah tersebut, saya menyarankan pihak Manajemen membentuk suatu tim kecil yang terdiri dari para mantan pemain untuk dijadikan Pemandu Bakat atau istilah lainnya adalah scout. Hal ini tentu saja mempermudah bagi Pelatih untuk menentukan Pemain Pilihannya. Berbeda dengan teknis pemilihan pemain pada saat ini adalah Pelatih Kepala yang ditunjuk mencari sendiri pemain dengan cara diadakannya seleksi Pemain pada saat jeda sebelum kompetisi belum bergulir. Dengan adanya scout ini, jeda waktu sebelum kompetisi bukan untuk menyeleksi pemain, tetapi lebih fokus kepada Latihan dan Ujicoba menjelang kompetisi berikutnya berlangsung, serta mematangkan kerjasama baik antara Pelatih dan Pemain, maupun Pemain dengan Pemain. Berikut Tugas dari scout antara lain:
  1. Memantau semua pemain yang mempunyai skill bagus. Pemain yang dipantau sebaiknya pemain yang berlagai di Kompetisi Junior (U-21).

  2. Jika memungkinkan memantau langsung Pemain Asing yang bermain diluar Indonesia yang ditawarkan oleh pihak agen kepada pihak Manajemen. Hal ini dilakukan mencegah Manajemen tidak tertipu dengan agen-agen yang menawarkan pemain. Jika tidak memungkinkan memantau langsung, maka diwajibkan mencari data selengkap mungkin tentang pemain tersebut.

  3. Merekomendasikan pemain-pemain kepada Pelatih Kepala menentukan pemain-pemain mana saja yang akan dikontrak untuk Kompetisi tahun berikutnya.

  4. Merahasiakan pemain yang dipantau kepada pihak manapun (kecuali manajemen dan pelatih), hal ini agar Tim Lain tidak ikut-ikutan memilih pemain yang jadi incaran.

Dengan adanya scout ini, tidak perlu diadakannya Seleksi Pemain lagi, karena menyeleksi pemain tidak cukup hanya dengan melihat beberapa hari atau 1 minggu. Untuk menyeleksi pemain dibutuhkan waktu yang lama. Oleh sebab itu, disinilah fungsi utama dari scout adalah menyeleksi pemain selama satu kompetisi penuh. Untuk pemilihan Scout ini, sebaiknya dipilih oleh Pelatih Kepala, agar mempermudah menyatukan visi dan mengetahui pemain-pemain yang diinginkan oleh Pelatih Kepala. Setelah itu Pelatih Kepala merekomendasikan pemain-pemian pilihannya ke Pihak Manajemen untuk dikontrak. Jika urusan Kontrak sudah selesai, tinggal Pelatih Kepala meracik pemain-pemain pilihanya menjadi  Tim yang Solid.
Sedikit Ilustrasi tentang Perekrutan Pemain dalam bentuk Flow Chart (Klik  gambar untuk memperbesar red.)
Persib Bandung struktur by beni hidayat
Saya rasa dengan kemapaman Manajemen Persib saat ini, sudah waktunya sedikit meniru cara tim-tim besar di Eropa dalam hal perekrutan pemain. Saya optimis dengan cara seperti ini semakin tinggi kualitas pemain yang ada di dalam tim Maung Bandung.
Semoga sedikit masukan dari saya dapat memberikan sumbangsih untuk kemajuan Maung Bandung�
 Penulis adalah Pecinta Persib yang lahir dan besar di Cimahi
Di posting :simamaung.com

Menonton Persib di Stadion, Dulu dan Sekarang


Ditulis oleh: Ricky N. Sastramihardja
Tidak semua pertandingan Persib Bandung bisa saya ingat. Tetapi pengalaman pertama kali menonton Persib Bandung adalah hal yang tidak bisa dilupakan. Saat itu saya masih sekitar kelas 4 atau 5 sd lah. Jadi sekitar tahun 1984-1985-an. Saat itu lagi berlibur ke rumah kakek dan nenek di Kawali, Ciamis. Pun tahu mengenai akan ada kunjungan Persib Bandung adalah dari berita tetangga, juga dari �barker�, mobil pakai �halow-halow� (baca: pengeras suara) yang berkeliling kampung, mengumumkan bahwa di lapangan alun-alun Kawali akan ada pertandingan persahabatan antara Persib Bandung Selection melawan PSGC (Persatuan Sepakbola Galuh Ciamis).
Saya tidak ingat berapa skor akhir saat itu, hanya bisa mengingat bila harga karcisnya 300 rupiah (sebagai ilustrasi, 300 rupiah masa itu cukup untuk membeli sekotak Susu Ultra besar dan sebatang coklat cap Ayam Jago), dipakai masuk 3 orang (saya, adik saya, dan teman saya Asep Pa Iding). Selain itu, stadionnya pun sangat sederhana, hanyalah lapangan alun-alun kecamatan yang disulap menjadi stadion dadakan dan dikulibeng (apa atuh dikulibeng teh ya?) sekelilingnya dengan karung, bilik, atau kain biar penonton yang tidak punya karcis tidak bisa �moncor�.
Saat itu para pemain Persib yang terkenal adalah Adeng Hudaya, Robby Darwis, Adjat Sudrajat, dan Sobur. Sisanya saya tidak tahu, tapi kalau tidak salah di era Adjat Sudrajat ini Persib menjadi juara Perserikatan. Saat menjadi juara Perserikatan ini ada konvoy keliling kota Bandung. Waktu SD, saya sekolah di Banjarsari, Jalan Merdeka Bandung. Jadi kita menonton arak-arakan di depan sekolah, naik ke jembatan penyebrangan Gudang Garam (sekarang sudah tidak ada).
Sewaktu SMP dan SMA saya mulai berani nonton ke Stadon Siliwangi. Apalagi SMA.
Walau lebih sering �nonton siaran pandangan mata� di RRI Bandung. Saat kuliah pun
beberapa kali saya nonton ke Stadion Siliwangi. Terkadang menonton bareng dengan sahabat saya semenjak SMA, Ucup Mpep. Kita biasa menonton di Timur. Atau saat awal-awal Liga Indonesia (dulu Liga Bank Mandiri), saya tuturubun dari Jatinangor bersama Krisna Sastra Inggris ke Stadion Siliwangi, dan menonton di Selatan.
Ada pengalaman menarik dengan si Krisna ini. Saat itu kita sedang mengikuti rapat kerja Senat Mahasiswa Fak. Sastra Unpad di Cileunyi, di rumahnya Yufik. Tetapi setelah shalat ashar, si Krisna ini dengan berbisik mengajak saya untuk �kabur� dari rapat. �Hayu ka Bandung, urang ka Siliwangi lalajo Persib�, demikian katanya. Tanpa berfikir panjang, saya menyetujui ajakan si Krisna. Lalu dengan alasan yang dikarang sendiri, akhirnya kita berdua menyelinap dan kabur dari raker menuju Stadion Siliwangi. Bisa dibayangkan, lumayan lama dari Cileunyi ke Stadion Siliwangi di Kota Bandung. Turun dari Cileunyi pakai ojeg, disambung bis kota Damri ke Kebon Kelapa. dari Kebon Kalapa naik 02 ke Siliwangi. Pergi jam 15.00 an, sampai stadion jam 18.00. Dapat tiket dengan harga calo, dan dengan sedikit �speak bombay�, Si Krisna bisa dapat tiket dengan harga murah.
Menonton Persib ke stadion dengan Krisna adalah pengalaman terakhir. Semenjak itu saya tidak pernah menonton Persib ke stadion lagi. Saya lebih banyak menonton Persib di televisi, atau mendengarkan siaran pandangan mata, langsung dari RRI Pro 2 FM. Sampai akhirnya pada pertandingan Persib melawan Persiwa Wamena (24032011) dan melawan Persipura (27032011) di Stadion Si Jalak Harupat, saya berkesempatan menonton pertandingan Persib secara langsung. Itupun karena ajakan sahabat saya, Wendy, yang bertugas meliput pertandingan terseb
Jeda sekian tahun tidak ke menonton ke stadion jujur saja, membuat saya terpesona. Apalagi menonton Persib di Stadion Si Jalak Harupat. Stadion yang sedemikian besar dan luas ini harus diakui memang memiliki aura mistis yang mempesona. Sangat jauh dari pengalaman pertama saya menonton Persib di �stadion� kampung di kecamatan Kawali Ciamis, atau stadion Siliwangi.
Banyak hal menarik yang sangat berbeda dengan massa lalu. Sekarang, tampaknya para bobotoh sangat peduli dengan penampilan. Setiap pertandingan Persib, selalu saja stadion berubah warna menjadi lautan biru karena bobotoh Persib hampir seluruhnya mengenakan pakaian berwarna biru. Hal yang dulu tidak saya temukan di Siliwangi. Dulu menonton Persib ya masih pakai seragam SMA atau kaos warna apa saja. Selain itu di setiap sudut stadion berkelamin perempuan pun bisa menonton pertandingan dengan aman tanpa godaan atau sentuhan tangan-tangan durjana. Jaman dulu di Siliwangi? Hanya ada di VIP. Pun anak-anak di bawah 12 tahun (bahkan ada yang sepertinya masih balita) dengan asyik bisa menonton pertandingan tanpa merasa khawatir. Bahkan dua kali ke Si Jalak Harupat, dua kali
pula saya melihat penonton yang terdiri Ayah-Ibu-Anak, kompak mem-bobotohi Persib. Bahkan ada anak yang masih batita, masih digendong ibunya ada di deretan penonton bola yang umumnya orang dewasa.
Dengan kata lain, sekarang ini menonton bola tidak hanya menjadi milik kaum laki-laki saja, tetapi milik siapa saja. Tidak ada kekhawatiran rusuh seperti jaman-jamannya Perserikatan dulu atau awal-awal Liga Indonesia digelar. Tentu ini adalah buah prestasi Pengurus Persib, kelompok supporter, juga pihak-pihak yang berkepentingan dengan pertandingan dan eksistensi Persib. Hal menarik lainnya ialah sambutan warga mulai dari Kopo hingga Stadion Si Jalak Harupat. Sebelum dan sesudah pertandingan, sepanjang jalan masyarakat setempat seolah menyambut para bobotoh yang datang dari kota Bandung menuju kota Soreang Kabupaten Bandung.
Pemandangan itu tidak akan dijumpai bila Persib bertanding di Stadion Siliwangi, yang terdapat di tengah kota Bandung. Masyarakat setempat dengan antusias saling bertegur sapa dengan bobotoh, yang sepertinya menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Beberapa kelompok bobotoh yang tidak menggunakan kendaraan pun tampak berjalan menyusuri jalan Cipatik hingga Stadion Si Jalak Harupati, atau sekitar 1 atau 2 jam berjalan kaki. Pemandangan ini juga terjadi setelah pertandingan usai. Pernah saya melihat beberapa bobotoh yang �tertular� menjadi bonek, pulang menyusuri jalan aspal tanpa alas kaki, tanpa baju. Asli, tanpa alas kaki tanpa baju. Seorang teman bilang, mereka adalah kelompok bobotoh yang nge-punk, yang memang terlihat dari gaya rambut juga asesoris lainnya.
Pada perjalanan pulang, ada hal-hal yang membuat saya kagum. Di perempatan Bypass Soetta � Kopo, Soetta-Buahbatu, dan Soetta-Kiaracondong, saya melihat beberapa kelompok kecil supporter menunggu kendaraan umum atau pik ap yang akan membawa mereka pulang ke rumahnya masing-masing entah di mana. Padahal saat itu jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 01.30 dinihari, dan pertandingan sudah selesai sejak pukul 21.30 WIB.
Perubahan-perubahan positif juga terjadi setelah pertandingan Persib, walau masih tidak konsiten. Tidak ada lagi lampu-lampu jalanan yang dilempari, pot bunga yang dihancurkan, atau kaca-kaca pertokoan yang dilempari bobotoh yang marah kalau Persib bermain jelek dan kalah. Walau masih ada kerusuhan dan bobotoh rese, tetapi secara kuantitatif dan kualitatif sudah tidak seperti jaman dulu lagi. Pokoknya menonton pertandingan Persib sekarang bisa dikatakan seperti menonton bioskop atau teater. Aman, damai, dan menyenangkan, Tidak ada lagi potensi kerusuhan di dalam stadion walau Persib kalah.
Ada juga yang masih tidak berubah. Sepanjang jalan sebelum dan sesudah pertandingan, konsentrasi massa yang sedemikian banyak menimbulkan kekesalan dan keresahan pengguna jalan yang lain. Para bobotoh yang melakukan konvoy sepeda motor, dengan liar menguasai jalanan menuju stadion, terutama setelah Kopo Sayati hingga Stadion Jalak Harupat.
Pengguna jalan lain pun terpaksa menepi sambil menahan kesal. Bahkan sebelum pertandingan dengan Persipura, ada insiden antara bobotoh yang dengan seenaknya memaki pengendara motor yang berlawanan arah. Si pengendara motor yang sepertinya anggota TNI dari arah berlawanan tidak terima dibentak-bentak bobotoh yang dengan ucapan �Nyisi Sia Anjing!�. Si bobotoh lupa, sepanjang Kopo Sayati adalah �sayang maung�, di mana di wilayah itu ada pangkalan TNI AU, yang tentu saja tidak terima diperlakukan seperti itu.
Selain itu ada sepertinya ada adagium, bahwa �Siapapun lawan tanding Persib, tetapi plat B tetap musuh yang harus diintimidasi�. Beberapa mobil berplat B (Jakarta) yang mungkin baru pulang berwisata dari Ciwidey dan sekitarnya, harus rela di-anjing goblog-kan oleh bobotoh Persib. Tak jarang mereka (bobotoh) melampiaskan �kebobotohan� mereka dengan memukuli bodi mobil yang sedang sial karena berplat B itu. Kebencian dan permusuhan yang dipelihara antara bobotoh Persib dengan �The Jak� Persija, dilampiaskan ke mobil-mobil plat B. Ini sudah berlangsung sejak dulu, bahkan mungkin sejak jaman kolonial dulu, saat Persib masih bernama Bandoeng Inlandsche Voetball Bond (BIVB) dan Persija masih dikenal sebagai VIJ (Voetbalbond Indonesish Jakarta) di tahun 1930-an.
Banyaknya calo juga masih seperti dulu. Walau sekarang sudah jaman online, tetapi calo masih banyak bertebaran. Padahal, selain online, tiket Persib juga bisa didapat di koordinator supporter sesuai wilayah. Tetapi, praktek percaloan ini masih saja tidak berubah dari waktu ke waktu. Tapi ah, jangankan Persib. Piala Dunia di Afrika tempo hari pun katanya tidak luput dari praktek percaloan ini.
Selain itu, beberapa bobotoh yang nakal juga masih saja menyalakan petasan atau kembang api saat merayakan gol ke gawang lawan. Padahal, kenakalan ini mengakibatkan Persib harus membayar denda pada BLI karena dianggap tidak mampu mengontrol perilaku para supporternya. Atau, masih saja ada bobotoh yang melemparkan botol atau apapun ke dalam lapangan sebagai ekpresi kekecewaan bila timnya kalah atau dicurangi wasit. Kenakalan-kenakalan bobotoh juga seringkali mengakibatkan Persib harus bermain tanpa penonton, atau diusir tidak boleh bermain di kandang dan harus melakukan partai �usiran� di stadion yang
jauh dari kota Bandung.
Satu yang tidak pernah berubah adalah ekspresi bobotoh terhadap perilaku perangkat pertandingan (wasit, lines man) yang dianggap berat sebelah dan berlaku curang. Betapa kecewanya saat final Persib melawan PSMS dulu di jaman Perserikatan saat Persib �dicurangi wasit Djaffar Umar. Kekecewaan itu kemudian mungkin berkembang menjadi ekspresi atau frasa WASIT GOBLOG, yang kerap dilontarkan bobotoh bila Persib kalah akibat keteledoran dan �kecurangan� wasit.
Dari sekilas catatan ini, saya bisa mengira-ngira berapa lama saya sudah menjadi bobotoh Persib, dan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak serta merta karena saya �urang� Bandung lantas saya menjadi bobotoh Persib. Selain karena pengaruh lingkungan, di sini ada andil bapak saya yang mendoktrin saya untuk menjadi pecinta Persib.
Saya ingat saat putaran final Perserikatan (8 Besar), Bapak seringkali pergi menonton pertandingan Persib ke Senayan Jakarta/GBK. Bahkan saat Persib menjuarai Liga Indonesia digelar dan Persib menjadi juara, Bapak nekad ke Jakarta untuk menyaksikan partai final. Walau ternyata niat beliau tidak kesampaian, karena mobil angkot (benar, angkot!) yang ditumpanginya mogok di daerah Purwakarta. Akhirnya Bapak pulang kembali rumah dan tiba di rumah tepat beberapa menit setelah pertandingan final yang disiarkan langsung televisi usai.
Prestasi Persib mungkin jelas naik turun. Saya juga tidak selamanya pergi menonton Persib ke stadion, atau menonton di televisi atau mendengarkan lewat radio atau mengikuti via media lain. Tetapi saya sedang mewariskan semangat cinta Persib pada anak-anak saya, persis seperti saya mewarisi kecintaan itu dari Bapak, kakeknya anak-anak. Apalagi almarhum bapak mertua, kakeknya anak-anak dari pihak istri, konon katanya pernah menjadi pemain Persib di era 60-an. Semangat sportivitas olahraga juga sedapat mungkin ditularkan.
Menang, kalah, seri, adalah hal biasa dalam pertandingan (juga dalam kehidupan). Bila menang silahkan bersorak senang, bila kalah tidak usah morang-maring. Kecuali ya itu tadi, kecuali kalah karena Wasit Goblog.
Biarpun disebut fanatik tidak jelas atau subjektif, saya akan tetap mendukung Persib dan �mendidik� anak-anak untuk menjadi bobotoh Persib. Syukur-syukur bila si Kaka (anak sulung saya) kelak bisa menjadi pemain Persib. Disebut fanatik pun tidak keberatan. Bila saya fanatik dengan Persib, apa bedanya dengan mereka yang fanatik terhadap kesenangan lain? Banyak kok yang tidak suka nonton bola tetapi fanatik dengan kegiatan lain. jadi, apa bedanya? Nyari duit saja banyak kok yang fanatik, lupa diri, hingga lupa halal-haramnya uang yang dicari.
Jadi, tetap jadi bobotoh Persib yang santun, yang 3N. Nyunda, Nyantri, Nyakola. Juga perlu diingat, bobotoh tidak identik dengan ******* (satu klub supporter Persib besar). Tetapi jelas ******** adalah bobotoh. Menang, kalah, atau seri itu biasa untuk Persib. Tetapi wasit goblog memang jangan dibiasakan.
Penulis adalah Visual Mercenary, Videografi, dan Desain Grafis
Blog dan Portfolio: http://rickynsas.blogspot.com

Bobotoh Saalam Dunya



Bobotoh di Stadion MU
Bobotoh di England
Bobotoh di Paris 

Bobotoh di Slovakia

Bobotoh di Slovakia


Bobotoh di Wina - Austria


Bobotoh Bule

Bobotoh di Australia


Bobotoh di Dubai

Bobotoh di New South Wales

Bobotoh di Singapore

Bobotoh di Singapore

Bobotoh England

Bobobtoh Oriental

Bobotoh di Dubai

Sumber :  http://bobotohjakarta.blogspot.com
Blog ini saya dedikasikan Untuk sahabat Saya di Bandung Odieh yang pertama kali mengenalkan saya Kepada PERSIB sewaktu saya di Bandung. PERSIB is LEGEND. Salam Friend.....

Radio Streaming

NYIT2 FM
ARDAn BAndung
Amoeba Pangkalpinang